A. Konstruksi
Morfologis
Konstruksi
morfologis ialah konstruksi formatif-formatif dalam kata (Kridalaksana,
1983:92), maksudnya bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem
tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan
yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan
bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi
rumit (Samsuri, 1982:195).
Selanjutnya,
Samsuri (1982:195) mengklasifikasikan konstruksi sederhana menjadi dua macam
yaitu akar (istilah Ramlan bentuk atau satuan tunggal bebas yang
sekaligus merupakan kata); satuan berwujud kecil yang secara morfologis berdiri
sendiri, namun secara fonologis bisa mendahului atau mengikuti morfem-morfem
lain dengan eratnya yang lazim disebut klitik. Akan sering pula disebut kata
morfem. Sedangkan klitik sendiri dapat kita bedakan menjadi proklitik
dan enklitik.
Konstruksi
rumit merupakan hasil proses penggabungan dua morfem atau lebih. Konstruksi
rumit bisa bisa berupa gabungan antara pokok + afiks, seperti ber-
+ juang pada berjuang; antara akar (ada pula yang menyebutnya
dasar atau morfem bebas) + afiks, seperti makan + -an pada makanan;
antara pokok kata + akar, seperti semangat + juang pada semangat
juang; pokok kata + pokok kata, seperti gelak + tawa pada gelak
tawa; dan antara akar + akar, seperti meja + makan pada meja
makan.
1.
Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah
suatu proses perubahan kelas kata denganpemindahan kelas kata. Perubahan kata
kerja mendengar menjadi mendengarkan atau melihat menjadi perlihatkan adalah
derivasi tanpa mengubah kelas kata.
Kata-kata itu masih berada dalam
kelas kata kerja, tetapi identitsa leksikalnya atau maknanya sudah berubah.
Disamping itu ada juga derivasi yang
mengubah kelas pendengar menjadi pendengaran, melihat menjadi penglihatan dan
sebagainya.
Derivasi dapat
dilihat dari berbagai jenis yaitu antara lain sebagai berikut.
a)
Derivasi Internal
Derivasi
internal adalah proses mengubah verba tanpa mengubah kelas
katanya, namun identitas leksikalnya berubah. Bentuk yang baru ini dapat
mengalami infleksi seperti bentuk asalnya, misalnya:
membuat " membuatkan
melihat " memperlihatkan
melompat " melompatlan, melompati
menyerah " menyerahkan, menyerah
b)
Derivasi Adverbal
Derivasi
adverbal adalah proses perubahan kelas kata kerja menjadi
kelas-kelas kata lain yaitu kata benda, kata sifat, atau kata tugas sebagai
berikut:
1.
Nomina
Deverbal
Pemindahan kelas kata kerja ke kata benda dapat
dilakukan dengan mempergunakan morfem-morfem terikat. Proses ini sangat
produktif dalam bahasa Indonesia.
Contohnya:
Menyanyi " penyanyi, nyanyian
Mendengar " pendengar, pendengaran, kedengaran
Berjalan " pejalan, perjalanan, jalanan
menjual " penjual, jualan, penjualan
membaca " pembaca, pembacaan, bacaan
2.
Adjektif
deverbal
Dalam
beberapa kasus dan beberapa kata kerja yang sebenarnya merupakan derivasi dari kata sifat yang dapat
ditransposisiskan lagi ke dalam kata sifat. Dalam status kata sifat tersebut
dapat diperluas dengan unsur-unsur yang biasa dikenakan pada kata sifat.
Contohnya:
Ia
menyenangkan kami dengan sebuah atraksi.
Setiap
proses morfologis, sebuah afiks akan termasuk infleksi kalau di dalam suatu paradigma dapat diramalkan untuk
menggantikan afiks infleksi lainnya.
Dengan demikian, juga terdapat keteraturan makna gramatikal di dalam paradigma infleksi. Ciri ciri yang demikian tidak
terdapat pada paradigma yang derivasi. Contohnya, paradigma dari dasar “AMBIL”
A
|
B
|
C
|
||
I
|
AMBILI
|
AMBIL
|
AMBILKAN
|
1
2
3
4
5
6
|
mengambili
diambili
kuambili
kauambil
diambili
terambili (?)
|
Mengambil
diambil
kuambil
kauambil
diaambil
terambil
|
mengambilkan
diambilkan
kuambilkan
kauambilkan
diaambilkan
-
|
||
II
|
Pengambil
pengambilan
ambilan
|
7
8
9
|
Paradigma
(morfologis) I termasuk paradigma verba yang dibentuk dari dasar ambil,
sedangkan paradigma II adalah paradigma deverbal.
Paradigma
verba terbagi atas tiga kolom, yaitu: kolom AMBIL, kolom AMBILI, dan kolom
AMBILKAN. Masing-masing kolom merupakan paradigma infleksi dan masing masing mempunyai bentuk kata baris 1-6 (kecuali
kolom AMBILKAN 6 dan kolom –AMBILI (6 yang dipertanyakan). Untuk memudahkan
pembicaraan paradigma verba kolom AMBIL disebut B, kolom AMBILI disebut A, dan
kolom AMBILKAN disebut C.
Pada
masing-masing kolom (A,B, dan C) dapat dikatakan bahwa bentuk dengan me(N)-
(sebagai bentuk pertama, baris pertama) dapat digantikan dengan di, ku, kau,
dia. Oleh karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional.
Kolom (B) dari leksem AMBIL, kolom (A)
dari leksem AMBILI, kolom (C) dari leksem AMBILKAN. Pembentukan kata dari
masing-masing bentuk pada setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah
gramatis tertentu. Bentuk baris 1 terdapat apabila kalimat berfokus agentif
yang ditandai oleh prefiks me(N)-, sedangkan baris 2-6 berfokus
pasientif. Perbedaan antara baris 2-6 menyatakan ‘keaksidentalan’
(ketidaksengajaan); baris 2-5 menyatakan ‘kesengajaan’. Baris 6 berbeda dengan
baris 3 5 karena menyatakan agen (pelaku) tampak dalam bentuk’, sedangkan baris
2 menyatakan agen (pelaku) ‘tidak tampak dalam bentuk’; baris 3 agen adalah
pronomina orang pertama (O1), baris 4 adalah pronima orang kedua (O2), dan
baris 5 adalah pronomina orang ketiga (O3).
Selanjutnya
perlu dibedakan antara leksem AMBIL, AMBILI, dan AMBILKAN. Leksem AMBILI
bermakna ‘pluralitas perbuatan’, AMBILKAN (dalam oposisinya dengan AMBIL)
mengandung ciri ‘kebenefaktifan’. Leksem –AMBIL termasuk leksem tunggal,
sedangkan leksem –AMBILI dan – AMBILKAN termasuk leksem kompleks. Dengan
demikian, kata mengambil, mengambili, dan mengambilkan secara
leksikal adalah tiga kata yang berbeda identitas leksikalnya (pembentukan kata
secara derivasi) walaupun termasuk
dalam verba karena memiliki ciri semantik yang berbeda.
Kata pengambil,
pengambilan, dan ambilan pada paradigma (II) dapat dikategorikan
sebagai nomina deverbal yang mengalami pembentukan kata secara derivasional.
Maksudnya, berdasarkan pertimbangan semantik leksikal, ketiga kata itu
diderivasikan dari verba mengambil (pengambil’orang yang
mengambil’, pengambilan ‘hal mengambil’, ambilan ‘hasil
mengambil’). Berdasarkan perbedaan referennya, ketiga kata itu berbeda
secara leksikal sekalipun sama-sama termasuk nomina, karena memiliki ciri
semantik yang berbeda.
Bila
ditinjau dari kelas katanya verba ambil termasuk verba transitif yang
mengandung makna perbuatan dan proses (verba aksi-proses),
misalnya Adik mengam-bil buah apel. Adik berfungsi sebagai
Subjek (S) dan berperan sebagai Agen (Ag), sedangkan buah apel berfungsi sebagai
Objek (O) dan berperan Pasientif (Ps).
Prosede
dengan me(N)- termasuk produktif karena sebagian pembentukan kata dengan dasar
verba transitif (DV tr) yang lain (satu kelas) dapat dibentuk dengan me(N)-D
yang transitif.Untuk itu, V tr ambil dapat dibentuk lebih lanjut dengan
sufiks –i menjadi mengambili dan sufiks –kan menjadi mengambilkan.
Apabila
ditinjau adanya proporsionalitas antar ketiga verba tersebut, terdapat
proporsionalitas yang kontinyu, yaitu antara verba bentuk me(N)-D dengan
bentuk me(N)-D-i dan verba bentuk me(N)-D-kan. Oleh karena itu,
terdapat oposisi secara langsung antara Verba bentuk me(N)-D X me(N)-D-i
dan antara Verba bentuk me(N)-D X me(N)-Dkan, yaitu antara mengambil
X mengambili dan mengambil X mengambilkan. Akan tetapi, pembentukannya
tidak serta merta dibentuk dengan konfiks me(N)-i dan me(N)-kan,
tetapi melalui tahapan prefiks me(N)- dahulu baru kemudian dilekati
sufiks –i atau - kan (karena terjadi secara bertahap maka
tidak disebut sebagai konfiks).
Untuk lebih
jelasnya dapat dicontohkan kalimat Ita mengambili uang receh dan Ita
mengambilkan uang receh (untuk) adiknya atau Ita mengambilkan adiknya
uang receh. Kata mengambili termasuk verba aksi-proses yang
mengandung makna ‘frekuentatif (berkali-kali)’ yang ditandai oleh sufiks –i.
Oleh karena itu, Ita berfungsi sebagai S dan berperan sebagai Ag dan
uang receh berfungsi sebagai O dan berperan Ps. Kalimat tersebut juga
bisa dipasifkan dengan Uang receh diambili Ita. Verba bentuk mengambilkan
termasuk verba aksi–proses yang mengandung makna benefaktif, sehingga kata adiknya
pada Ita mengambilkan adiknya uang receh berfungsi sebagai O
dan berperan sebagai penerima (benefaktif).
Verba bentuk
me(N)-D-I tidak bisa dioposisikan secara langsung dengan verba bentuk me(N)-D-kan.
Oposisinya hanya bisa dijelaskan melalui verba ventuk me(N)-D. Sehingga
dapat ditemukan oposisi me(N)-D-i X me(N)-D X me(N)-D-kan, yaitu
mengambili X mengambil X mengambilkan.
Untuk
mendeskripsikan verba kelas II (intransitif) dapat dijelaskan dengan pembentukan
kata dari leksem DUDUK berikut ini.
A
|
B
|
C
|
||
I
|
DUDUKI
|
DUDUK
|
DUDUKKAN
|
1
2
3
4
5
6
|
Menduduki
diduduki
kududuki
kaududuki
diaduduki
terduduki?
|
-
-
-
-
-
Terduduk
|
mendudukkan
didudukkan
kududukkan
kaududukkan
diadudukkan
terdudukkan?
|
||
II
|
Pendudukan
Penduduk
|
7
8
|
Paradigma
pembentukan kata pada I termasuk verba yang dibentuk dari leksem –DUDUK,
sedangkan paradigma II merupakan pembentukan kata secara derivasional dari
dasar verba yang menghasilkan bentuk nomina deverba. Paradigma verba terbagi
atas tiga kolom, yaitu: kolom DUDUK, kolom DUDUKI, dan kolom DUDUKAN. Kolom B
tidak ada pembentukan kata dengan leksem DUDUK karena termasuk verba
intransitif. Sedangkan kolom A dan kolom C merupakan paradigma infleksional dan
masing masing mempunyai bentuk kata baris 1-6 (kecuali kolom DUDUKKAN 6 dan
kolom –DUDUKI ( 6 yang masih dipertanyakan). Untuk memudahkan pembicaraan
paradigma verba kolom DUDUK disebut B, kolom DUDUKI disebut A, dan kolom
DUDUKKAN disebut C.
Pada kolom A
dan C dapat dikatakan bahwa bentuk dengan me(N) (sebagai bentuk pertama,
baris pertama) dapat digantikan dengan di , ku , kau , dia . Oleh karena
itu, kedua kolom tersebut merupakan paradigma infleksional. Kolom A dari leksem
DUDUKI, dan kolom C dari leksem DUDUKKAN. Pembentukan kata dari masing-masing
bentuk pada setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatis tertentu.
Bentuk baris 1 terdapat apabila kalimat berfokus agentif yang ditandai
oleh prefiks me(N)- , sedangkan baris 2-6 berfokus pasientif.
Perbedaan antara baris 2-6 menyatakan ‘keaksidentalan’ (hal tidak disengaja);
baris 2-5 menyatakan ‘kesengajaan’. Baris 6 berbeda dengan baris 3-5 karena
menyatakan agen (pelaku) ‘tampak dalam bentuk’, sedangkan baris 2 menyatakan
agen (pelaku) ‘tidak tampak dalam bentuk’; baris 3 agen adalah pronomina orang
pertama (O1), baris 4 adalah pronima orang kedua (O2), dan baris 5 adalah
pronomina orang ketiga (O3).
Tahap
selanjutnya perlu dibedakan antara leksem DUDUK, DUDUKI, dan DUDUKKAN. Leksem
DUDUKI bermakna ‘pluralitas perbuatan’, DUDUKKAN (dalam oposisinya dengan
DUDUK) mengandung ciri ‘kebenefaktifan’. Leksem –DUDUK termasuk leksem tunggal,
sedangkan leksem –DUDUKI dan –DUDUKKAN termasuk leksem kompleks. Dengan
demikian, kata menduduki dan mengdudukkan secara leksikal adalah
kata yang berbeda identitas leksikalnya (pembentukan kata secara derivasional)
walaupun termasuk dalam kelas verba karena memiliki ciri semantis yang berbeda.
Kata penduduk
dan pendudukan pada paradigma (II) dapat dikategorikan sebagai
pembentukan secara derivasional yang beridentitas nomina deverbal. Maksudnya,
berdasarkan pertimbangan semantik leksikal, kedua kata itu diderivasikan dari
verba menduduki (penduduk ‘orang yang meduduki satu wilayah tertentu)’, pendudukan
‘hal menduduki/menjajah wilayah tertentu’. Berdasarkan perbedaan
referennya, ketiga kata itu berbeda secara leksikal sekalipun sama-sama
termasuk nomina.
Kalau
dikaitkan dengan terdapat tidaknya proporsionalitas yang kontinyu (saling
keterkaitan antara kata-kata yang termasuk kategori yang berbeda, tetapi dari
dasar yang sama) di dalam pembentukan kata itu tidak menunjukkan keterkaitan
antara ketiganya. Hal itu dapat diperikan seperti berikut.
Verba duduk
termasuk verba intransitif. Secara leksikal akan dikelompokkan ke dalam
kata tunggal yang menghendaki adanya komplemen, misalnya duduk di kursi.
Oleh sebab itu, verba duduk tidak dapat dibentuk dengan prosede me(N)-D
menjadi –menduduk termasuk infleksinya diduduk, kududuk, kaududuk,
diaduduk (terduduk untuk bentukan kata jatuh terduduk ‘jatuh
dalam posisi duduk’).
Dari dasar
intransitif verba duduk (yang secara leksikal dapat diikuti preposisi di-)
jika ingin dibentuk menjadi verba transitif harus ditambah dengan sufiks –kan
atau sufiks –i, sehingga diperoleh kata menduduki (bermakna
‘lokatif’ misalnya Jepang menduduki Indonesia selama tiga setengah
tahun) dan mendudukkan (bermakna kausatif, misalnya Farida mendudukan
anaknya di kursi roda). Selain itu, apabila ditinjau dari klasifikasi verba
menurut Chafe (1971), verba menduduki dan mendudukkan termasuk
verba aksi – proses. Verba menduduki dan mendudukkan dibentuk
secara langsung dari verba duduk, tanpa melalui proses dari bentuk me(N)-D.
Untuk itu, bisa dinyatakan bahwa tidak ada proporsionalitas antara verba bentuk
me-(N)-D dan verba bentuk me(N)- D-I dan me(N)-D-kan. Sebagai
konsekuensinya, bentuk me-i dan me-kan dapat dikelompokkan atau
diistilahkan konfiks.
Derivasi
ialah konstruksi yang berbeda distribusinya dari pada dasarnya, sedangkan
infleksi ialah konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan bentuk
dasarnya (Samsuri, 1982:198; Prawirasumantri, 1986:18). Kita ambil contoh kata menggunting,
makanan, dan mendengarkan. Perbedaannya akan terlihat pada
kalimat-kalimat berikut.
a. 1) Anak itu menggunting
kain.
2) Anak itu gunting rambut. *)
b. 1). Makanan itu sudah
basi.
2). Makan
itu sudah basi. *)
c 1). Kami mendengar suara
itu.
2). Kami dengar
suara itu.
d 1). Saya membaca buku itu.
2). Saya baca
buku itu.
Berdasarkan
empat contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa konstruksi menggunting
dan makanan tidak sama distribusinya dengan gunting dan makan.
Itu sebabnya kalimat 1b dan 2b tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di lain pihak,
konstruksi mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar
dan baca. Oleh karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat 3a atau 3b
dan 4a dan 4b. konstruksi menggunting dan makanan merupakan
contoh derivasi, sedangkan konstruksi mendengar dan membaca
contoh infleksi.
Infleksi
Dalam
bahasa-bahasa infleksi seperti bahasa
Latin, Yunani, Sanksekerta, bahkan
bahasa Semit seperti bahasa Arab, terdapat bentuk-bentuk kata kerja yang
disebut aktif-pasif. Dalam bahasa Latin, misalnya seperti contoh sebagai
berikut:
Kata
|
Aktif
|
Pasif
|
deleo – deleor
deles – deleris
delet – deletur
delemus – delemur
delent – delentur
|
Saya membinasahkan
Engkau membinasahkan
Dia membinasahkan
Kami membinasahkan
Mereka membinasahkan
|
Saya dibinasahkan
Engkau dibinasahkan
Dia dibinasahkan
Kami dibinasahkan
Mereka dibinasahkan
|
Dalam bahasa Arab pasangan berikut
adalah bentuk aktif dan pasif, contohnya sebagai berikut:
Kata
|
Aktif
|
Pasif
|
qatala - qutila
qatalta – qutilta
qataltu – qutiltu
qatalu – qutilu
qatalna – qutilna
|
Dia membunuh
Engkau membunuh
Saya membunuh
Mereka membunuh
Kami membunuh
|
Dia dibunuh
Engkau dibunuh
Saya dibunuh
Mereka dibunuh
Kami dibunuh
|
Di lihat dari dua bentuk perubahan
kata kerja di atas, baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Arab dapat
ditegaskan bahwa sebuah bentuk kata kerja disebut sebagai bentuk aktif bila
pesona jadi, yang terkandung dalam kata kerja itu menjadi pelaku yang melakukan
perbuatan itu. Sebaliknya, sebuah bentuk kata kerja disebut bentuk pasif bila
pesona yang terkandung dalam bentuk kata kerja itu menjadi patiens yaitu yang
menderita hasil tindakan itu. Jadi, pengertian aktif dan pasif dalam bahasa
fleksi harus dilihat dari kesatuan bentuk kata kerja dengan pesonanya.
b)
Aktif dan
Pasif dalam bahasa Indonesia
Aktif
|
Pasif
|
Engkau
menangkap
Saya
menangkap burung
Engkau
menangkap burung
Dia
menangkap burung
Amat
menangkap burung
Kami
menangkap burung
|
1.
Burung
kutangkap
Burung
ditangkapnya
Burung
ditangkap Banu
Burung
kami tangkap
2.
Burung itu
saya tangkap
Burung itu
engkau tangkap
Burung itu
dia tangkap
Burung itu
Banu tangkap
Burung itu
kami tangkap
3.
Burung itu
ditangkap oleh saya
Burung itu
ditangkap oleh engkau
Burung itu
ditangkap oleh dia
Burung itu
ditangkap oleh Banu
Burung itu
ditangkap oleh kami
|
Dengan tidak mempersoalkan bentuk
mana dari ketiga kemungkinan bentuk pasif diatas merupakan bentuk baku. Bila
contoh-contoh diatas dibandingkan dengan bentuk pasif dalam bahasa Arab, maka
terdapat perbedaan yang besar.
2.
Endosentris dan Eksosentris
Endosentris
ialah konstruksi morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai
distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut, sedangkan konstruksi
eksosentris ialah unsur-unsurnya tidak sama dengan konstruksi tersebut
(Samsuri, 181:200; Prawirasumantri, 1986:19). Endosentris dan eksosentris dalam
tatanan morfologi terdapat pada kata majemuk sedangkan dalam tatanan
sintaksis terdapat pada frase. Agar pengertian endosentris dan eksosentris
lebih terpahami perhatikan contoh berikut !
a. 1). Rumah
sakit itu baru dibangun.
2). Rumah itu baru dibangun.
b. 1). Mereka
mengadakan jual beli.
2). Mereka
mengadakan jual. *)
c). Mereka
mengadakan beli. *)
Dengan
mengadakan perbandingan kalimat 1a dan 1b, kita dapat menyimpulkan bahwa
konstruksi rumah sakit mempunyai distribusi yang sama dengan dengan
salah satu unsurnya, yaitu rumah. Pada kalimat 2a ada konstruksi jual
beli. Kedua unsurnya yakni jual dan beli tidak memilki
distribusi yang sama. Hal itu terbukti bahwa kalimat 2b dan 2c bukan merupakan
kalimat bahasa Indonesia. Kita tidak akan menemukan dua kalimat seperti itu.
Konstruksi rumah sakit merupakan contoh endosentris, sedangkan
konstruksi jual beli merupakan contoh eksosentris.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama :Novi paraswanty
BalasHapusNim :A1B112008
Berikan contoh Afiks yang bersifat Infleksi dan Derivasi?
Nama : Rahimah (A1B112068)
HapusSaya mencoba menjawab pertanyaan dari NOVY PARASWANTY
Afiks Derivasi yaitu dapat mengubah kelas kata sedangkan infleksi tidak. Contohnya : Menulis-ditulis-kutulis-kau tulis-kami tulis Melihat-dilihat-kulihat-kau lihat-kami lihat Membaca-dibaca-kubaca-kau baca-kami baca Mencari-dicari-kucari-kau cari-kami cari Memukul-dipukul-kupukul-kau pukul-kami pukul. Bentuk kata menulis,melihat,membaca,mencari,dan memukul beserta semua variasinya itu adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk kata itu tidak berubah, kecuali bentuk terkait me- yang secara berurutan diganti dengan di-,ku-,kau-,dan kami yang mengubah pengertian pelakunya.
Silahkan yg ingin menambahkan. Mf bla ada yg salah :)
Nama : Deby marsadina
BalasHapusNim : A1B112018
Endosentris ialah konstruksi morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut, mksud dri "distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut" apa ...
Nama: Kholil Anwar
HapusNIM: A1B112061
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Deby marsadina,maksud dari "distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut".untuk menjawab pertanyaan ini kita memerlukan sebuah contoh:
1.Rumah sakit itu baru dibangun.
Pada kalimat diatas tertulis Rumah sakit yaitu sebuh contoh endosentris.”Rumah sakit “kita lepaskan menjadi “rumah” dan “sakit”,selanjutnya gabungkan dengan kalimat dibelakangnya yaitu “itu baru dibangun” :
1a.Rumah itu baru dibangun
1b.sakit itu baru dibangun
pada 1a kalimat tersebut ada dalam bahasa Indonesia sedangkan kalimat 1b tidak ada dalam bahasa indonesia,disinilah kita menemukan bahwa kontribusi kata “rumah” bisa digunakan pada konstruksi yang sama atau lebih sederhananya kalimat yang sama setelah endosentrisnya dipisahkan.kata “sakit” bukanlah endosteris karena tidak bisa didistribusikan pada kalimat yang sama.mungkin itu saja dari saya dan terima kasih.
Umi Hasanah A1B112012
BalasHapusApakah dalam kontruksi morfologis semua kata harus menggunakan morfem terikat jika tidak tolong jelaskan dan berikanlah contoh?
terimakasih
Nama: Kholil Anwar
HapusNIM: A1B112061
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari umi hasanah,Apakah dalam kontruksi morfologis semua kata harus menggunakan morfem terikat? Diatas jelaskan bahwa konstruksi morfologis adalah bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi rumit (Samsuri, 1982:195).Bisa kita beri tanda petik pada kalimat “ merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem” jadi tidak hanya morfem terikat tetapi morfem tunggal juga termasuk.contoh morfem tuggal “sepeda” dari kata tersebut tidak bisa deperkecil lagi karena sudah menjadi satuan terkecil dalam morfologi itulah mengapa disebut morfem tunggal.contoh morfem kompleks “bersepeda” dari kata tersebut terdiri atas 2 morfem tunggal yaitu “ber” dan “sepeda” itulah mengapa disebut morfem kompleks.jadi bisa disimpulkan bahwa dalam konstruksi morfologis membahas tentang morfem hingga kata.
Nama : Hafiz Zairullah
BalasHapusNIM : A1B112019
kelompok kalian menjelaskan bahwa derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata.
pertanyaan saya apakah yang dimaksud dengan kelas kata? Tolong jelaskan dan berikan contohnya! dan apakah kelas kata ada hubungannya dengan morferm?
Terima kasih.
Nama: Kholil Anwar
HapusNIM: A1B112061
saya menambahkan sedikit dari jawaban saudari umi hasanah
Secara umum kelas kata terdiri atas lima macam, yaitu:
(1) Kata kerja (verba)
(2) Kata sifat (adjektif)
(3) Kata keterangan (adverbia)
(4) Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) Kata tugas
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat.
Contoh:
Pergi (Pergi dengan gembira)
Tidur (Tidur dengan nyenyak)
Jalan (Jalan dengan santai)
2. Kata Sifat (Adjektif)
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.
Contoh:
Indah (sangat indah/indah sekali)
Baik (sangat baik/baik sekali)
Tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Berikut adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, paling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
4.1 Kata benda
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, oarang, konsep, ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek.
Contoh:
Mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
Pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)
Pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah/pemuda yang sangat gagah)
4.2 Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
4.3 Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas sedusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
5. Kata Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari pasar = menunjuk tempat
pada hari senin = menunjuk waktu
(2) Kata Sambung (konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa; klausa dengan klausa.
Contoh:
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3) Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru (sang bermakna tunggal)
para pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)
(4) Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal sekali”,kata adik.
Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Alloh, dan Alhamdulillah.
Nama: Muhammad Heri Setiawan
BalasHapusNim: A1B112004
1. Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata. Perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan atau melihat menjadi perlihatkan adalah derivasi tanpa mengubah kelas kata.
Menurut saya, perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan dan melihat menjadi perlihatkan merupakan derivasi yang mengubah kelas kata, karena leksikal atau maknanya sudah berubah, sedangkan dari pengertiannya sendiri merupakan derivasi yang tanpa mengubah kelas kata. Mengapa demikian? tolong jelaskan!
2. Dari materi kelompok anda ini saya sedikit kesulitan untuk memahami antara derivasi dan infleksi, apakah ada cara-cara ataupun prinsip-prinsip untuk lebih memahaminya lagi? Tolong jelaskan!
Terima kasih
Nama : Tuty Ria
HapusNim : A1B112043
Saya akan menjawab pertanyaan Muhammad Heri Setiawan. Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata. Dimana kadang - kadang kelas katanya berubah dan ada juga yang tidak berubah.
Misalnya Mendengar menjadi mendengarkan itu kelas kata nya kan sama yaitu melakukan suatu kegiatan dimana kata kerjanya (verba) tidak berubah, hanya leksikal atau maknanya saja berubah dimana mendengar itu hanya sekilas saja atau tidak sengaja sedangkan mendengarkan itu istilahnya menghayatinya sudah. Lain halnya Menyanyi menjadi nyanyian itu kan kelas kata nya berubah yaitu Verba (kerja) menjadi Noun (benda) dan maknanya pun ikut berubah.
Menurut saya seperti itu,,, maaf jika keliru :)
Untuk soal No. 2 masih dalam proses
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama: Tuty RIa
HapusNIM: A1B112043
saya menambahkan lagi untuk pertanyaan no 2.
Untuk memenuhi makna kedua proses morfologi ini serta perbedaan-perbedaannya dapat dikemukakan pendapat beberaapa linguis. Menurut Nida dikutif Ba’dulu dan Herman (2005:11) perbedaan antara fleksi dan derivasi adalah sebagai berikut:
1. Infleksi
a) Cenderung merupakan formasi luar, muncul lebih jauh dari stem ketimbang afiks derivasi.
b) Cenderung kurang bervariasi, namun dengan distribusi yang luas.
c) Digunakan untuk mencocokkan kata-kata bagi pemakaian dalam sintaksis, namun tidak pernah mengubah kelas kata.
2. Derivasi
a) Cenderung merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke stem ketimbang afiks derivasi.
b) Cenderung lebih bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas.
c) Digunakan untuk menetapkan kata-kata dalam suatu kelas dan umumnya mengubah kelas kata.
Perbedaan lainnya adalah bahwa afiks derivasi sering memiliki makna leksikal, sedangkan afiks infleksi biasanya memiliki makna gramatikal.
Perbadaan lain antara infleksi dan derivasi ialah bahwa infleksi biasanya disusun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak.
Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
1) a. Anak itu menggunting kain.
b. Anak itu gunting rambut. *)
2) a. Makanan itu sudah basi.
b. Makan itu sudah basi. *)
3) a. Kami mendengar suara itu.
b. Kami dengar suara itu.
4) a. Saya membaca buku itu.
b. Saya baca buku itu.
Berdasarkan empat contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa konstruksi menggunting dan makanan tidak sama distribusinya dengan gunting dan makan. Itu sebabnya kalimat 1b dan 2b tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di lain pihak, konstruksi mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar dan baca. Oleh karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat 3a atau 3b dan 4a dan 4b. konstruksi menggunting dan makanan merupakan contoh derivasi, sedangkan konstruksi mendengar dan membaca contoh infleksi.
Nama : Noor Janah
BalasHapusNIM : A1B112006
Apa yang dimaksud dengan kalimat berfokus agentif dan berfokus pasientip?
Berikan contohnya !
pembentukan kata dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatis, maksudnya seperti apa?
Nama: Lilik Irawati
Hapuskami akan mencoba Menjawab pertanyaan NOOR JANAH
kalimat yang berfokus pada agentif adalah kalimat yang menggunakan afiks Me(N), sedangkan kalimat pasientif yang menggunakan Dia,Ku,Kau, dan Di..
untuk pertnyaan kedua,, misalnya kata Di+ambil=diambil(gramatikal)
jadi kata itu tergantung pada kata yang akan membentuk kata tersebut. Contoh : Membeli, Dibeli, Kaubeli dari kata-kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda..
Nama : Annisa
BalasHapusNIM : A1B112084
Saya mau bertanya pada kelompok kalian, apa persamaan dan perbedaan antara kontruksi morfologis dengan sintaksis. Dan berikan contohnya.
Terima Kasis
Nama: Tri kardina
HapusNIM: A1B112038
Saya akan menjawab pertanyaan dari Annisa,apa persamaan dan perbedaan antara kontruksi morfologis dengan sintaksis? Dalam konstruksi morfologis kita membahas 'morfem'( satuan terkecil dalam morfologi ) dan 'kata' ( satuan terbesar dalam morfologi ) sedangkan sintaksis kita membahas 'kata' (satuan terkecil sintaksis) dan 'kalimat ( satuan terbesar sintaksis ).Dalam konstruksi morfologis membahas konstruksi sederhana dan konstruksi rumit,tetapi tidak mencapai kalimat dan batasanya hanya sampai kata.jadi sudah terlihat perbedaan antara konstruksi morfologis dan sintaksis.Untuk persamaan antara konstruksi morfologis dengan sintaksis tidak ada hanya saja pertemuan keduanya terdapat pada kata.
Contoh konstruksi morfologis:
1.konstruksi sederhana: makan,minum,dan sepeda
2.konstruksi rumit: makanan,minuman,dan bersepeda
contoh sintaksis:
1.makanan itu enak.
2.minuman itu bersoda.
3.Ica sedang bersepeda di jalan raya.
Nama : Siti Marlina
BalasHapusNIM : A1B112085
Saya mau bertanya pada kelompok kalian, Klitik dikatakan sebagai fonologis, sedangkan di dalam klitik ada pula dibedakan proklitik dan enklitik. Bisakah kelompok kalian menjelaskan maksud tersebut dan berikan contohnya.
Terima Kasih
Nama: Setya Rahimah
HapusNIM: A1B112010
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Siti Marlina,Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik ialah klitik yang terletak di depan, sedangkan enklitik, yaitu klitik yang terletak di belakang.Contohnya:
Proklitik -ku : kubeli ,kulempar ,kubawa
-kau : kaubeli ,kaulempar ,kaubawa
Enklitik -ku : rumahku ,badanku ,milikku
-nya : rumahnya ,badannya ,miliknya
-isme : sukuisme ,sosialisme ,patriotism
UMI HASANAH A1B112012
BalasHapussaya akan memebantu menjawab pertanyaan dari hafiz zairullah
kelas kata adalah penggolongan kata menurut bentuk, fungsi, dan maknanya.
KELAS KATA TERBAGI MENJADI 5 KELOMPOK:
Ø1. Kata kerja ( verba )
Ø2. Kata sifat ( adjektiva )
Ø3. Kata keterangan ( adverbia )
Ø4. Kata benda (nomina),kata ganti(pronomina)
kata bilangan (numeralia).
Ø5. Kelompok kata tugas ialah :
a. Kata Sandang ( artikel )
b. Kata Depan ( preposisi )
c. Kata Hubung ( konjungsi )
d. Partikel
e. Kata Seru
kelas kata jelas berhubungan dengan morfem karena dalam kata pasti mengandung morfem
contoh: dari kelas kata kerja yaitu membeli (mem=morfem terikat sedangkan beli=morfem bebas)
semoga bsa di mengerti dan maaf jika jawaban saya salah he
masih bisa lah aku bertanya ni
BalasHapusmasih bisa tapi jangan terlalu susah lah hehehe :)
Hapussaya LILIK IRAWATI (A1B112002)
BalasHapusmenccoba menjawab pertanyaan MUHAMMAD HERI SETIAWAN,
1. benar yang di sampaikan heri bahwa perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan dan melihat menjadi perlihatkan merupakan derivasi yang mengubah kelas kata, karena leksikal atau maknanya sudah berubah, mungkin maksud dari tanpa mengubah kelas kata dari kata mendengar menjadi mendengarkan itu sama-sama memiliki kata dasar Dengar. seperti itu...
maaf jika salah...
:)
2. untuk jawaban kedua mohon di tunggu
kami akan mencoba Menjawab pertanyaan NOOR JANAH
BalasHapuskalimat yang berfokus pada agentif adalah kalimat yang menggunakan afiks Me(N), sedangkan kalimat pasientif yang menggunakan Dia,Ku,Kau, dan Di..
untuk pertnyaan kedua,, misalnya kata Di+ambil=diambil(gramatikal)
jadi kata itu tergantung pada kata yang akan membentuk kata tersebut. Contoh : Membeli, Dibeli, Kaubeli dari kata-kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda..
jika ada yg ingin menambahkan dipersilahkan... :)
Nama: Redho Aulia
BalasHapusNIM: A1B112016
Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata. apakah itu juga mempengaruhi makna dari kata tersebut?
lalu apakah ada bedanya dengan kata ambigu?
tolong penjelasannya .
Terimakasih
Nama: Kholil anwar
HapusNIM: A1B112061
Jelas dalam derivasi akan mempengaruhi maknanya,contohnya saja Memutih (KK) diturunkan dari Kata Sifat (KS)
putih.
contoh kata ambigu 'merapat' (KK) diturunkan dari Kata Sifat (KS) 'rapat'.
Jelaskan bagaimana cara mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal dan berikan contohnya?
BalasHapus