Sabtu, 14 September 2013

pengertian konstruksi morfologis, derivasi dan infleksi, serta endosentris dan eksosentris



A.  Konstruksi Morfologis 
Konstruksi morfologis ialah konstruksi formatif-formatif dalam kata (Kridalaksana, 1983:92), maksudnya bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi rumit (Samsuri, 1982:195).
Selanjutnya, Samsuri (1982:195) mengklasifikasikan konstruksi sederhana menjadi dua macam yaitu akar (istilah Ramlan bentuk atau satuan tunggal bebas yang sekaligus merupakan kata); satuan berwujud kecil yang secara morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis bisa mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya yang lazim disebut klitik. Akan sering pula disebut kata morfem. Sedangkan klitik sendiri dapat kita bedakan menjadi proklitik dan enklitik.
Konstruksi rumit merupakan hasil proses penggabungan dua morfem atau lebih. Konstruksi rumit bisa bisa berupa gabungan antara pokok + afiks, seperti ber- + juang pada berjuang; antara akar (ada pula yang menyebutnya dasar atau morfem bebas) + afiks, seperti makan + -an pada makanan; antara pokok kata + akar, seperti semangat + juang pada semangat juang; pokok kata + pokok kata, seperti gelak + tawa pada gelak tawa; dan antara akar + akar, seperti meja + makan pada meja makan.
1.    Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata denganpemindahan kelas kata. Perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan atau melihat menjadi perlihatkan adalah derivasi tanpa mengubah kelas kata.
            Kata-kata itu masih berada dalam kelas kata kerja, tetapi identitsa leksikalnya atau maknanya sudah berubah. Disamping itu ada juga derivasi yang mengubah kelas pendengar menjadi pendengaran, melihat menjadi penglihatan dan sebagainya.
Derivasi dapat dilihat dari berbagai jenis yaitu antara lain sebagai berikut.
a)        Derivasi Internal
Derivasi internal adalah proses mengubah verba tanpa mengubah kelas katanya, namun identitas leksikalnya berubah. Bentuk yang baru ini dapat mengalami infleksi seperti bentuk asalnya, misalnya:
membuat " membuatkan
melihat " memperlihatkan
melompat " melompatlan, melompati
menyerah " menyerahkan, menyerah

b)        Derivasi Adverbal
Derivasi adverbal adalah proses perubahan kelas kata kerja menjadi kelas-kelas kata lain yaitu kata benda, kata sifat, atau kata tugas sebagai berikut:
1.        Nomina Deverbal
Pemindahan kelas kata kerja ke kata benda dapat dilakukan dengan mempergunakan morfem-morfem terikat. Proses ini sangat produktif dalam bahasa Indonesia.
Contohnya:
Menyanyi  " penyanyi, nyanyian
Mendengar " pendengar, pendengaran, kedengaran
Berjalan " pejalan, perjalanan, jalanan
menjual " penjual, jualan, penjualan
membaca  " pembaca, pembacaan, bacaan

2.        Adjektif deverbal
Dalam beberapa kasus dan beberapa kata kerja yang sebenarnya merupakan derivasi dari kata sifat yang dapat ditransposisiskan lagi ke dalam kata sifat. Dalam status kata sifat tersebut dapat diperluas dengan unsur-unsur yang biasa dikenakan pada kata sifat.
Contohnya:
Ia menyenangkan kami dengan sebuah atraksi.
Setiap proses morfologis, sebuah afiks akan termasuk infleksi kalau di dalam suatu paradigma dapat diramalkan untuk menggantikan afiks infleksi lainnya. Dengan demikian, juga terdapat keteraturan makna gramatikal di dalam paradigma infleksi. Ciri ciri yang demikian tidak terdapat pada paradigma yang derivasi. Contohnya, paradigma dari dasar “AMBIL”

A
B
C




I
AMBILI
AMBIL
AMBILKAN

1
2
3
4
5
6
mengambili
diambili
kuambili
kauambil
diambili
terambili (?)
Mengambil
diambil
kuambil
kauambil
diaambil
terambil
mengambilkan
diambilkan
kuambilkan
kauambilkan
diaambilkan
-

II
Pengambil
pengambilan
ambilan
7
8
9
Paradigma (morfologis) I termasuk paradigma verba yang dibentuk dari dasar ambil, sedangkan paradigma II adalah paradigma deverbal.
Paradigma verba terbagi atas tiga kolom, yaitu: kolom AMBIL, kolom AMBILI, dan kolom AMBILKAN. Masing-masing kolom merupakan paradigma infleksi dan masing masing mempunyai bentuk kata baris 1-6 (kecuali kolom AMBILKAN 6 dan kolom –AMBILI (6 yang dipertanyakan). Untuk memudahkan pembicaraan paradigma verba kolom AMBIL disebut B, kolom AMBILI disebut A, dan kolom AMBILKAN disebut C.
Pada masing-masing kolom (A,B, dan C) dapat dikatakan bahwa bentuk dengan me(N)- (sebagai bentuk pertama, baris pertama) dapat digantikan dengan di, ku, kau, dia. Oleh karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom  (B) dari leksem AMBIL, kolom (A) dari leksem AMBILI, kolom (C) dari leksem AMBILKAN. Pembentukan kata dari masing-masing bentuk pada setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatis tertentu. Bentuk baris 1 terdapat apabila kalimat berfokus agentif yang ditandai oleh prefiks me(N)-, sedangkan baris 2-6 berfokus pasientif. Perbedaan antara baris 2-6 menyatakan ‘keaksidentalan’ (ketidaksengajaan); baris 2-5 menyatakan ‘kesengajaan’. Baris 6 berbeda dengan baris 3 5 karena menyatakan agen (pelaku) tampak dalam bentuk’, sedangkan baris 2 menyatakan agen (pelaku) ‘tidak tampak dalam bentuk’; baris 3 agen adalah pronomina orang pertama (O1), baris 4 adalah pronima orang kedua (O2), dan baris 5 adalah pronomina orang ketiga (O3).
Selanjutnya perlu dibedakan antara leksem AMBIL, AMBILI, dan AMBILKAN. Leksem AMBILI bermakna ‘pluralitas perbuatan’, AMBILKAN (dalam oposisinya dengan AMBIL) mengandung ciri ‘kebenefaktifan’. Leksem –AMBIL termasuk leksem tunggal, sedangkan leksem –AMBILI dan – AMBILKAN termasuk leksem kompleks. Dengan demikian, kata mengambil, mengambili, dan mengambilkan secara leksikal adalah tiga kata yang berbeda identitas leksikalnya (pembentukan kata secara derivasi) walaupun termasuk dalam verba karena memiliki ciri semantik yang berbeda.
Kata pengambil, pengambilan, dan ambilan pada paradigma (II) dapat dikategorikan sebagai nomina deverbal yang mengalami pembentukan kata secara derivasional. Maksudnya, berdasarkan pertimbangan semantik leksikal, ketiga kata itu diderivasikan dari verba mengambil (pengambil’orang yang mengambil’, pengambilan ‘hal mengambil’, ambilan ‘hasil mengambil’). Berdasarkan perbedaan referennya, ketiga kata itu berbeda secara leksikal sekalipun sama-sama termasuk nomina, karena memiliki ciri semantik yang berbeda.
Bila ditinjau dari kelas katanya verba ambil termasuk verba transitif yang mengandung makna perbuatan dan proses (verba aksi-proses), misalnya Adik mengam-bil buah apel. Adik berfungsi sebagai Subjek (S) dan berperan sebagai Agen (Ag), sedangkan buah apel berfungsi sebagai Objek (O) dan berperan Pasientif (Ps).
Prosede dengan me(N)- termasuk produktif karena sebagian pembentukan kata dengan dasar verba transitif (DV tr) yang lain (satu kelas) dapat dibentuk dengan me(N)-D yang transitif.Untuk itu, V tr ambil dapat dibentuk lebih lanjut dengan sufiks –i menjadi mengambili dan sufiks –kan menjadi mengambilkan.
Apabila ditinjau adanya proporsionalitas antar ketiga verba tersebut, terdapat proporsionalitas yang kontinyu, yaitu antara verba bentuk me(N)-D dengan bentuk me(N)-D-i dan verba bentuk me(N)-D-kan. Oleh karena itu, terdapat oposisi secara langsung antara Verba bentuk me(N)-D X me(N)-D-i dan antara Verba bentuk me(N)-D X me(N)-Dkan, yaitu antara mengambil X mengambili dan mengambil X mengambilkan. Akan tetapi, pembentukannya tidak serta merta dibentuk dengan konfiks me(N)-i dan me(N)-kan, tetapi melalui tahapan prefiks me(N)- dahulu baru kemudian dilekati sufiks –i atau - kan (karena terjadi secara bertahap maka tidak disebut sebagai konfiks).
Untuk lebih jelasnya dapat dicontohkan kalimat Ita mengambili uang receh dan Ita mengambilkan uang receh (untuk) adiknya atau Ita mengambilkan adiknya uang receh. Kata mengambili termasuk verba aksi-proses yang mengandung makna ‘frekuentatif (berkali-kali)’ yang ditandai oleh sufiks –i. Oleh karena itu, Ita berfungsi sebagai S dan berperan sebagai Ag dan uang receh berfungsi sebagai O dan berperan Ps. Kalimat tersebut juga bisa dipasifkan dengan Uang receh diambili Ita. Verba bentuk mengambilkan termasuk verba aksi–proses yang mengandung makna benefaktif, sehingga kata adiknya pada Ita mengambilkan adiknya uang receh berfungsi sebagai O dan berperan sebagai penerima (benefaktif).
Verba bentuk me(N)-D-I tidak bisa dioposisikan secara langsung dengan verba bentuk me(N)-D-kan. Oposisinya hanya bisa dijelaskan melalui verba ventuk me(N)-D. Sehingga dapat ditemukan oposisi me(N)-D-i X me(N)-D X me(N)-D-kan, yaitu mengambili X mengambil X mengambilkan.
Untuk mendeskripsikan verba kelas II (intransitif) dapat dijelaskan dengan pembentukan kata dari leksem DUDUK berikut ini.

A
B
C



I
DUDUKI
DUDUK
DUDUKKAN

1
2
3
4
5
6
Menduduki
diduduki
kududuki
kaududuki
diaduduki
terduduki?
-
-
-
-
-
Terduduk
mendudukkan
didudukkan
kududukkan
kaududukkan
diadudukkan
terdudukkan?
II
Pendudukan
Penduduk


7
8

Paradigma pembentukan kata pada I termasuk verba yang dibentuk dari leksem –DUDUK, sedangkan paradigma II merupakan pembentukan kata secara derivasional dari dasar verba yang menghasilkan bentuk nomina deverba. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom, yaitu: kolom DUDUK, kolom DUDUKI, dan kolom DUDUKAN. Kolom B tidak ada pembentukan kata dengan leksem DUDUK karena termasuk verba intransitif. Sedangkan kolom A dan kolom C merupakan paradigma infleksional dan masing masing mempunyai bentuk kata baris 1-6 (kecuali kolom DUDUKKAN 6 dan kolom –DUDUKI ( 6 yang masih dipertanyakan). Untuk memudahkan pembicaraan paradigma verba kolom DUDUK disebut B, kolom DUDUKI disebut A, dan kolom DUDUKKAN disebut C.
Pada kolom A dan C dapat dikatakan bahwa bentuk dengan me(N) (sebagai bentuk pertama, baris pertama) dapat digantikan dengan di , ku , kau , dia . Oleh karena itu, kedua kolom tersebut merupakan paradigma infleksional. Kolom A dari leksem DUDUKI, dan kolom C dari leksem DUDUKKAN. Pembentukan kata dari masing-masing bentuk pada setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatis tertentu. Bentuk baris 1 terdapat apabila kalimat berfokus agentif yang ditandai oleh prefiks me(N)- , sedangkan baris 2-6 berfokus pasientif. Perbedaan antara baris 2-6 menyatakan ‘keaksidentalan’ (hal tidak disengaja); baris 2-5 menyatakan ‘kesengajaan’. Baris 6 berbeda dengan baris 3-5 karena menyatakan agen (pelaku) ‘tampak dalam bentuk’, sedangkan baris 2 menyatakan agen (pelaku) ‘tidak tampak dalam bentuk’; baris 3 agen adalah pronomina orang pertama (O1), baris 4 adalah pronima orang kedua (O2), dan baris 5 adalah pronomina orang ketiga (O3).
Tahap selanjutnya perlu dibedakan antara leksem DUDUK, DUDUKI, dan DUDUKKAN. Leksem DUDUKI bermakna ‘pluralitas perbuatan’, DUDUKKAN (dalam oposisinya dengan DUDUK) mengandung ciri ‘kebenefaktifan’. Leksem –DUDUK termasuk leksem tunggal, sedangkan leksem –DUDUKI dan –DUDUKKAN termasuk leksem kompleks. Dengan demikian, kata menduduki dan mengdudukkan secara leksikal adalah kata yang berbeda identitas leksikalnya (pembentukan kata secara derivasional) walaupun termasuk dalam kelas verba karena memiliki ciri semantis yang berbeda.
Kata penduduk dan pendudukan pada paradigma (II) dapat dikategorikan sebagai pembentukan secara derivasional yang beridentitas nomina deverbal. Maksudnya, berdasarkan pertimbangan semantik leksikal, kedua kata itu diderivasikan dari verba menduduki (penduduk ‘orang yang meduduki satu wilayah tertentu)’, pendudukan ‘hal menduduki/menjajah wilayah tertentu’. Berdasarkan perbedaan referennya, ketiga kata itu berbeda secara leksikal sekalipun sama-sama termasuk nomina.
Kalau dikaitkan dengan terdapat tidaknya proporsionalitas yang kontinyu (saling keterkaitan antara kata-kata yang termasuk kategori yang berbeda, tetapi dari dasar yang sama) di dalam pembentukan kata itu tidak menunjukkan keterkaitan antara ketiganya. Hal itu dapat diperikan seperti berikut.
Verba duduk termasuk verba intransitif. Secara leksikal akan dikelompokkan ke dalam kata tunggal yang menghendaki adanya komplemen, misalnya duduk di kursi. Oleh sebab itu, verba duduk tidak dapat dibentuk dengan prosede me(N)-D menjadi –menduduk termasuk infleksinya diduduk, kududuk, kaududuk, diaduduk (terduduk untuk bentukan kata jatuh terduduk ‘jatuh dalam posisi duduk’).
Dari dasar intransitif verba duduk (yang secara leksikal dapat diikuti preposisi di-) jika ingin dibentuk menjadi verba transitif harus ditambah dengan sufiks –kan atau sufiks –i, sehingga diperoleh kata menduduki (bermakna ‘lokatif’ misalnya Jepang menduduki Indonesia selama tiga setengah tahun) dan mendudukkan (bermakna kausatif, misalnya Farida mendudukan anaknya di kursi roda). Selain itu, apabila ditinjau dari klasifikasi verba menurut Chafe (1971), verba menduduki dan mendudukkan termasuk verba aksi – proses. Verba menduduki dan mendudukkan dibentuk secara langsung dari verba duduk, tanpa melalui proses dari bentuk me(N)-D. Untuk itu, bisa dinyatakan bahwa tidak ada proporsionalitas antara verba bentuk me-(N)-D dan verba bentuk me(N)- D-I dan me(N)-D-kan. Sebagai konsekuensinya, bentuk me-i dan me-kan dapat dikelompokkan atau diistilahkan konfiks.
Derivasi ialah konstruksi yang berbeda distribusinya dari pada dasarnya, sedangkan infleksi ialah konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan bentuk dasarnya (Samsuri, 1982:198; Prawirasumantri, 1986:18). Kita ambil contoh kata menggunting, makanan, dan mendengarkan. Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
a. 1) Anak itu menggunting kain.
 2) Anak itu gunting rambut. *)
b. 1). Makanan itu sudah basi.
    2). Makan itu sudah basi. *)
c 1). Kami mendengar suara itu.
    2). Kami dengar suara itu.
d 1). Saya membaca buku itu.
    2). Saya baca buku itu.
Berdasarkan empat contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa konstruksi menggunting dan makanan tidak sama distribusinya dengan gunting dan makan. Itu sebabnya kalimat 1b dan 2b tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di lain pihak, konstruksi mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar dan baca. Oleh karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat 3a atau 3b dan 4a dan 4b. konstruksi menggunting dan makanan merupakan contoh derivasi, sedangkan konstruksi mendengar dan membaca contoh infleksi.
Infleksi
Dalam bahasa-bahasa infleksi seperti bahasa Latin, Yunani, Sanksekerta, bahkan bahasa Semit seperti bahasa Arab, terdapat bentuk-bentuk kata kerja yang disebut aktif-pasif. Dalam bahasa Latin, misalnya seperti contoh sebagai berikut:
Kata
Aktif
Pasif
deleo – deleor
deles – deleris
delet – deletur
delemus – delemur
delent – delentur 
Saya membinasahkan
Engkau membinasahkan
Dia membinasahkan
Kami membinasahkan
Mereka membinasahkan
Saya dibinasahkan
Engkau dibinasahkan
Dia dibinasahkan
Kami dibinasahkan
Mereka dibinasahkan

            Dalam bahasa Arab pasangan berikut adalah bentuk aktif dan pasif, contohnya sebagai berikut:
Kata
Aktif
Pasif
qatala - qutila
qatalta – qutilta
qataltu – qutiltu
qatalu – qutilu
qatalna – qutilna
Dia membunuh
Engkau membunuh
Saya membunuh
Mereka membunuh
Kami membunuh
Dia dibunuh
Engkau dibunuh
Saya dibunuh
Mereka dibunuh
Kami dibunuh

            Di lihat dari dua bentuk perubahan kata kerja di atas, baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Arab dapat ditegaskan bahwa sebuah bentuk kata kerja disebut sebagai bentuk aktif bila pesona jadi, yang terkandung dalam kata kerja itu menjadi pelaku yang melakukan perbuatan itu. Sebaliknya, sebuah bentuk kata kerja disebut bentuk pasif bila pesona yang terkandung dalam bentuk kata kerja itu menjadi patiens yaitu yang menderita hasil tindakan itu. Jadi, pengertian aktif dan pasif dalam bahasa fleksi harus dilihat dari kesatuan bentuk kata kerja dengan pesonanya.

b)       Aktif dan Pasif dalam bahasa Indonesia
Aktif
Pasif
Engkau menangkap
Saya menangkap burung
Engkau menangkap burung
Dia menangkap burung
Amat menangkap burung
Kami menangkap burung
1.      Burung kutangkap
Burung ditangkapnya
Burung ditangkap Banu
Burung kami tangkap
2.      Burung itu saya tangkap
Burung itu engkau tangkap
Burung itu dia tangkap
Burung itu Banu tangkap
Burung itu kami tangkap
3.      Burung itu ditangkap oleh saya
Burung itu ditangkap oleh engkau
Burung itu ditangkap oleh dia
Burung itu ditangkap oleh Banu
Burung itu ditangkap oleh kami
            Dengan tidak mempersoalkan bentuk mana dari ketiga kemungkinan bentuk pasif diatas merupakan bentuk baku. Bila contoh-contoh diatas dibandingkan dengan bentuk pasif dalam bahasa Arab, maka terdapat perbedaan yang besar.
2.        Endosentris dan Eksosentris
Endosentris ialah konstruksi morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut, sedangkan konstruksi eksosentris ialah unsur-unsurnya tidak sama dengan konstruksi tersebut (Samsuri, 181:200; Prawirasumantri, 1986:19). Endosentris dan eksosentris dalam tatanan morfologi terdapat pada kata majemuk sedangkan dalam tatanan sintaksis terdapat pada frase. Agar pengertian endosentris dan eksosentris lebih terpahami perhatikan contoh berikut !
a.     1). Rumah sakit itu baru dibangun.
2). Rumah itu baru dibangun.
b.     1). Mereka mengadakan jual beli.
2). Mereka mengadakan jual. *)
c). Mereka mengadakan beli. *)
Dengan mengadakan perbandingan kalimat 1a dan 1b, kita dapat menyimpulkan bahwa konstruksi rumah sakit mempunyai distribusi yang sama dengan dengan salah satu unsurnya, yaitu rumah. Pada kalimat 2a ada konstruksi jual beli. Kedua unsurnya yakni jual dan beli tidak memilki distribusi yang sama. Hal itu terbukti bahwa kalimat 2b dan 2c bukan merupakan kalimat bahasa Indonesia. Kita tidak akan menemukan dua kalimat seperti itu. Konstruksi rumah sakit merupakan contoh endosentris, sedangkan konstruksi jual beli merupakan contoh eksosentris.

27 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Nama :Novi paraswanty
    Nim :A1B112008

    Berikan contoh Afiks yang bersifat Infleksi dan Derivasi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Rahimah (A1B112068)

      Saya mencoba menjawab pertanyaan dari NOVY PARASWANTY
      Afiks Derivasi yaitu dapat mengubah kelas kata sedangkan infleksi tidak. Contohnya : Menulis-ditulis-kutulis-kau tulis-kami tulis Melihat-dilihat-kulihat-kau lihat-kami lihat Membaca-dibaca-kubaca-kau baca-kami baca Mencari-dicari-kucari-kau cari-kami cari Memukul-dipukul-kupukul-kau pukul-kami pukul. Bentuk kata menulis,melihat,membaca,mencari,dan memukul beserta semua variasinya itu adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk kata itu tidak berubah, kecuali bentuk terkait me- yang secara berurutan diganti dengan di-,ku-,kau-,dan kami yang mengubah pengertian pelakunya.

      Silahkan yg ingin menambahkan. Mf bla ada yg salah :)

      Hapus
  3. Nama : Deby marsadina
    Nim : A1B112018
    Endosentris ialah konstruksi morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut, mksud dri "distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut" apa ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Kholil Anwar
      NIM: A1B112061

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Deby marsadina,maksud dari "distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut".untuk menjawab pertanyaan ini kita memerlukan sebuah contoh:
      1.Rumah sakit itu baru dibangun.
      Pada kalimat diatas tertulis Rumah sakit yaitu sebuh contoh endosentris.”Rumah sakit “kita lepaskan menjadi “rumah” dan “sakit”,selanjutnya gabungkan dengan kalimat dibelakangnya yaitu “itu baru dibangun” :
      1a.Rumah itu baru dibangun
      1b.sakit itu baru dibangun
      pada 1a kalimat tersebut ada dalam bahasa Indonesia sedangkan kalimat 1b tidak ada dalam bahasa indonesia,disinilah kita menemukan bahwa kontribusi kata “rumah” bisa digunakan pada konstruksi yang sama atau lebih sederhananya kalimat yang sama setelah endosentrisnya dipisahkan.kata “sakit” bukanlah endosteris karena tidak bisa didistribusikan pada kalimat yang sama.mungkin itu saja dari saya dan terima kasih.

      Hapus
  4. Umi Hasanah A1B112012

    Apakah dalam kontruksi morfologis semua kata harus menggunakan morfem terikat jika tidak tolong jelaskan dan berikanlah contoh?


    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Kholil Anwar
      NIM: A1B112061

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari umi hasanah,Apakah dalam kontruksi morfologis semua kata harus menggunakan morfem terikat? Diatas jelaskan bahwa konstruksi morfologis adalah bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi rumit (Samsuri, 1982:195).Bisa kita beri tanda petik pada kalimat “ merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem” jadi tidak hanya morfem terikat tetapi morfem tunggal juga termasuk.contoh morfem tuggal “sepeda” dari kata tersebut tidak bisa deperkecil lagi karena sudah menjadi satuan terkecil dalam morfologi itulah mengapa disebut morfem tunggal.contoh morfem kompleks “bersepeda” dari kata tersebut terdiri atas 2 morfem tunggal yaitu “ber” dan “sepeda” itulah mengapa disebut morfem kompleks.jadi bisa disimpulkan bahwa dalam konstruksi morfologis membahas tentang morfem hingga kata.

      Hapus
  5. Nama : Hafiz Zairullah
    NIM : A1B112019

    kelompok kalian menjelaskan bahwa derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata.
    pertanyaan saya apakah yang dimaksud dengan kelas kata? Tolong jelaskan dan berikan contohnya! dan apakah kelas kata ada hubungannya dengan morferm?

    Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Kholil Anwar
      NIM: A1B112061
      saya menambahkan sedikit dari jawaban saudari umi hasanah
      Secara umum kelas kata terdiri atas lima macam, yaitu:
      (1) Kata kerja (verba)
      (2) Kata sifat (adjektif)
      (3) Kata keterangan (adverbia)
      (4) Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
      (5) Kata tugas
      1. Kata Kerja (Verba)
      Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat.
      Contoh:
      Pergi (Pergi dengan gembira)
      Tidur (Tidur dengan nyenyak)
      Jalan (Jalan dengan santai)
      2. Kata Sifat (Adjektif)
      Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.
      Contoh:
      Indah (sangat indah/indah sekali)
      Baik (sangat baik/baik sekali)
      Tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
      3. Kata Keterangan (Adverbia)
      Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Berikut adalah macam-macam adverbia.
      (1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, paling.
      (2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
      (a) Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
      (b) Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
      (c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
      4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
      4.1 Kata benda
      Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, oarang, konsep, ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek.
      Contoh:
      Mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
      Pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)
      Pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah/pemuda yang sangat gagah)
      4.2 Kata Ganti (Pronomina)
      Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
      Contoh:
      Aku sudah mencoba membujuknya.
      Kami sangat berharap kepada kalian.
      Dia telah meninggalkan kita.
      Itu memang miliknya.
      4.3 Kata Bilangan (Numeralia)
      Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
      Contoh:
      Ibu membeli gelas sedusin.
      Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
      5. Kata Tugas
      Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
      (1) Kata Depan (Preposisi)
      Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
      Contoh:
      di (sebelah) utara = menunjuk arah
      ke timur = menunjuk arah
      dari pasar = menunjuk tempat
      pada hari senin = menunjuk waktu
      (2) Kata Sambung (konjungsi)
      Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa; klausa dengan klausa.
      Contoh:
      adik dan kakak
      makan atau minum
      tidak makan, tetapi minum
      ia tidak naik kelas karena bodoh
      Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
      (3) Kata Sandang (Artikula)
      Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
      Contoh:
      sang guru (sang bermakna tunggal)
      para pemimpin (para bermakna jamak)
      si cantik (si bermakna netral)
      (4) Kata Seru (Interjeksi)
      Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
      Contoh:
      Aduh, kakiku sakit sekali.
      Astaga, mengapa kamu berani mencuri?
      Ayo, jangan putus asa.
      “Wah, mahal sekali”,kata adik.
      Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Alloh, dan Alhamdulillah.

      Hapus
  6. Nama: Muhammad Heri Setiawan
    Nim: A1B112004
    1. Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata. Perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan atau melihat menjadi perlihatkan adalah derivasi tanpa mengubah kelas kata.

    Menurut saya, perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan dan melihat menjadi perlihatkan merupakan derivasi yang mengubah kelas kata, karena leksikal atau maknanya sudah berubah, sedangkan dari pengertiannya sendiri merupakan derivasi yang tanpa mengubah kelas kata. Mengapa demikian? tolong jelaskan!

    2. Dari materi kelompok anda ini saya sedikit kesulitan untuk memahami antara derivasi dan infleksi, apakah ada cara-cara ataupun prinsip-prinsip untuk lebih memahaminya lagi? Tolong jelaskan!

    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Tuty Ria
      Nim : A1B112043

      Saya akan menjawab pertanyaan Muhammad Heri Setiawan. Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata. Dimana kadang - kadang kelas katanya berubah dan ada juga yang tidak berubah.
      Misalnya Mendengar menjadi mendengarkan itu kelas kata nya kan sama yaitu melakukan suatu kegiatan dimana kata kerjanya (verba) tidak berubah, hanya leksikal atau maknanya saja berubah dimana mendengar itu hanya sekilas saja atau tidak sengaja sedangkan mendengarkan itu istilahnya menghayatinya sudah. Lain halnya Menyanyi menjadi nyanyian itu kan kelas kata nya berubah yaitu Verba (kerja) menjadi Noun (benda) dan maknanya pun ikut berubah.
      Menurut saya seperti itu,,, maaf jika keliru :)

      Untuk soal No. 2 masih dalam proses

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Nama: Tuty RIa
      NIM: A1B112043

      saya menambahkan lagi untuk pertanyaan no 2.
      Untuk memenuhi makna kedua proses morfologi ini serta perbedaan-perbedaannya dapat dikemukakan pendapat beberaapa linguis. Menurut Nida dikutif Ba’dulu dan Herman (2005:11) perbedaan antara fleksi dan derivasi adalah sebagai berikut:
      1. Infleksi
      a) Cenderung merupakan formasi luar, muncul lebih jauh dari stem ketimbang afiks derivasi.
      b) Cenderung kurang bervariasi, namun dengan distribusi yang luas.
      c) Digunakan untuk mencocokkan kata-kata bagi pemakaian dalam sintaksis, namun tidak pernah mengubah kelas kata.


      2. Derivasi
      a) Cenderung merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke stem ketimbang afiks derivasi.
      b) Cenderung lebih bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas.
      c) Digunakan untuk menetapkan kata-kata dalam suatu kelas dan umumnya mengubah kelas kata.

      Perbedaan lainnya adalah bahwa afiks derivasi sering memiliki makna leksikal, sedangkan afiks infleksi biasanya memiliki makna gramatikal.
      Perbadaan lain antara infleksi dan derivasi ialah bahwa infleksi biasanya disusun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak.
      Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
      1) a. Anak itu menggunting kain.
      b. Anak itu gunting rambut. *)
      2) a. Makanan itu sudah basi.
      b. Makan itu sudah basi. *)
      3) a. Kami mendengar suara itu.
      b. Kami dengar suara itu.
      4) a. Saya membaca buku itu.
      b. Saya baca buku itu.
      Berdasarkan empat contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa konstruksi menggunting dan makanan tidak sama distribusinya dengan gunting dan makan. Itu sebabnya kalimat 1b dan 2b tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di lain pihak, konstruksi mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar dan baca. Oleh karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat 3a atau 3b dan 4a dan 4b. konstruksi menggunting dan makanan merupakan contoh derivasi, sedangkan konstruksi mendengar dan membaca contoh infleksi.

      Hapus
  7. Nama : Noor Janah
    NIM : A1B112006
    Apa yang dimaksud dengan kalimat berfokus agentif dan berfokus pasientip?
    Berikan contohnya !
    pembentukan kata dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatis, maksudnya seperti apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Lilik Irawati
      kami akan mencoba Menjawab pertanyaan NOOR JANAH
      kalimat yang berfokus pada agentif adalah kalimat yang menggunakan afiks Me(N), sedangkan kalimat pasientif yang menggunakan Dia,Ku,Kau, dan Di..


      untuk pertnyaan kedua,, misalnya kata Di+ambil=diambil(gramatikal)
      jadi kata itu tergantung pada kata yang akan membentuk kata tersebut. Contoh : Membeli, Dibeli, Kaubeli dari kata-kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda..

      Hapus
  8. Nama : Annisa
    NIM : A1B112084
    Saya mau bertanya pada kelompok kalian, apa persamaan dan perbedaan antara kontruksi morfologis dengan sintaksis. Dan berikan contohnya.
    Terima Kasis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Tri kardina
      NIM: A1B112038

      Saya akan menjawab pertanyaan dari Annisa,apa persamaan dan perbedaan antara kontruksi morfologis dengan sintaksis? Dalam konstruksi morfologis kita membahas 'morfem'( satuan terkecil dalam morfologi ) dan 'kata' ( satuan terbesar dalam morfologi ) sedangkan sintaksis kita membahas 'kata' (satuan terkecil sintaksis) dan 'kalimat ( satuan terbesar sintaksis ).Dalam konstruksi morfologis membahas konstruksi sederhana dan konstruksi rumit,tetapi tidak mencapai kalimat dan batasanya hanya sampai kata.jadi sudah terlihat perbedaan antara konstruksi morfologis dan sintaksis.Untuk persamaan antara konstruksi morfologis dengan sintaksis tidak ada hanya saja pertemuan keduanya terdapat pada kata.
      Contoh konstruksi morfologis:
      1.konstruksi sederhana: makan,minum,dan sepeda
      2.konstruksi rumit: makanan,minuman,dan bersepeda

      contoh sintaksis:
      1.makanan itu enak.
      2.minuman itu bersoda.
      3.Ica sedang bersepeda di jalan raya.

      Hapus
  9. Nama : Siti Marlina
    NIM : A1B112085
    Saya mau bertanya pada kelompok kalian, Klitik dikatakan sebagai fonologis, sedangkan di dalam klitik ada pula dibedakan proklitik dan enklitik. Bisakah kelompok kalian menjelaskan maksud tersebut dan berikan contohnya.
    Terima Kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Setya Rahimah
      NIM: A1B112010

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Siti Marlina,Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik ialah klitik yang terletak di depan, sedangkan enklitik, yaitu klitik yang terletak di belakang.Contohnya:
      Proklitik -ku : kubeli ,kulempar ,kubawa
      -kau : kaubeli ,kaulempar ,kaubawa

      Enklitik -ku : rumahku ,badanku ,milikku
      -nya : rumahnya ,badannya ,miliknya
      -isme : sukuisme ,sosialisme ,patriotism

      Hapus
  10. UMI HASANAH A1B112012

    saya akan memebantu menjawab pertanyaan dari hafiz zairullah

    kelas kata adalah penggolongan kata menurut bentuk, fungsi, dan maknanya.

    KELAS KATA TERBAGI MENJADI 5 KELOMPOK:
    Ø1. Kata kerja ( verba )
    Ø2. Kata sifat ( adjektiva )
    Ø3. Kata keterangan ( adverbia )
    Ø4. Kata benda (nomina),kata ganti(pronomina)
    kata bilangan (numeralia).
    Ø5. Kelompok kata tugas ialah :
    a. Kata Sandang ( artikel )
    b. Kata Depan ( preposisi )
    c. Kata Hubung ( konjungsi )
    d. Partikel
    e. Kata Seru
    kelas kata jelas berhubungan dengan morfem karena dalam kata pasti mengandung morfem
    contoh: dari kelas kata kerja yaitu membeli (mem=morfem terikat sedangkan beli=morfem bebas)


    semoga bsa di mengerti dan maaf jika jawaban saya salah he

    BalasHapus
  11. masih bisa lah aku bertanya ni

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih bisa tapi jangan terlalu susah lah hehehe :)

      Hapus
  12. saya LILIK IRAWATI (A1B112002)
    menccoba menjawab pertanyaan MUHAMMAD HERI SETIAWAN,
    1. benar yang di sampaikan heri bahwa perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan dan melihat menjadi perlihatkan merupakan derivasi yang mengubah kelas kata, karena leksikal atau maknanya sudah berubah, mungkin maksud dari tanpa mengubah kelas kata dari kata mendengar menjadi mendengarkan itu sama-sama memiliki kata dasar Dengar. seperti itu...

    maaf jika salah...
    :)
    2. untuk jawaban kedua mohon di tunggu

    BalasHapus
  13. kami akan mencoba Menjawab pertanyaan NOOR JANAH
    kalimat yang berfokus pada agentif adalah kalimat yang menggunakan afiks Me(N), sedangkan kalimat pasientif yang menggunakan Dia,Ku,Kau, dan Di..


    untuk pertnyaan kedua,, misalnya kata Di+ambil=diambil(gramatikal)
    jadi kata itu tergantung pada kata yang akan membentuk kata tersebut. Contoh : Membeli, Dibeli, Kaubeli dari kata-kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda..


    jika ada yg ingin menambahkan dipersilahkan... :)

    BalasHapus
  14. Nama: Redho Aulia
    NIM: A1B112016

    Derivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan pemindahan kelas kata. apakah itu juga mempengaruhi makna dari kata tersebut?
    lalu apakah ada bedanya dengan kata ambigu?
    tolong penjelasannya .
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Kholil anwar
      NIM: A1B112061

      Jelas dalam derivasi akan mempengaruhi maknanya,contohnya saja Memutih (KK) diturunkan dari Kata Sifat (KS)
       putih.
      contoh kata ambigu 'merapat' (KK) diturunkan dari Kata Sifat (KS) 'rapat'.

      Hapus
  15. Jelaskan bagaimana cara mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal dan berikan contohnya?

    BalasHapus